Minggu, 30 Maret 2014

Teuterang Sungguh Berjasa

"Hari ini lo jadi pulang ke Bogor, Jang?" tanya Andre.
"Iya, kenapa?" Jajang balik bertanya.
"Liburan kali ini gue nggak ada kegiatan Jang, boleh nggak gue maen ke rumah lo?"
"Wah, boleh banget!"

Liburan ngampus seusai UAS kali ini ternyata Andre habiskan di kampung halaman Jajang di Cigombong, Bogor. Ketika berangkat, mereka terjebak di jalan. Jalanan yang macet di sekitar Ciawi karena banyak kendaraan menuju Puncak menjadi penyebab utama.

"Muke gile, ini macetnya nggak manusiawi amat Jang?"
"Gue kalau balik ke Bogor ya gini terus, udah biasa."

Setelah melewati kemacetan Ciawi, kini jalanan rusak di Cimande yang akan mereka hadapi.

"Jang! Ini jalan raya atau sungai yang mengering?!"
"Justru ini lagi lumayan bagus jalan rayanya Ndre."
"Lah terus biasanya lebih parah dari ini?"
"Lo tau Arizona kalau diliat dari langit nggak? Kira-kira kayak gitu."
"Anjas..."

Arizona diliat dari langit.

Perjalanan dari Depok ke Cigombong ditempuh sekitar 4 jam, walau biasanya cuman 2 jam. Sesampainya di rumah Jajang, mereka disambut hangat oleh keluarga Jajang yang kurang fasih berbahasa Indonesia, maklum sehari-hari biasa pake bahasa sunda.

"Wah, aa tos nyampe juga! Lama amat aa teh?" tanya ibunya Jajang.
"Tadi macet bu."
"Ini teh Andre temen aa? Ganteng pisan."
"Iya bu, saya Andre, hehe."
"Duduk dulu atuh, ibu ambilin minum dulu ya."

Tiba-tiba adiknya Jajang, Kipli, datang mendatangi Andre.

"Aa temennya a Jajang ya?"
"Iya, kamu pasti Kipli ya?"
"Wah, aa ning tau siapa Kipli?"
"Iya dong, kan aa peramal."
"Oh."
"..."

Hari pertama berlalu dengan Jajang mengenalkan Andre ke keluarganya. Andre terlihat senang. Keesokan harinya, Andre diajak berkeliling kampung oleh Kipli.

"A Andre! Kita maen yuk!"
"Kemana Pli?"
"Kemana aja we, aa yang bawa motor."
"Jang! Ini nggak apa-apa gue bawa motor lo sama si Kipli?" Andre mencari Jajang.
"Pake aja Ndre, gue mau tidur nih."
"Okay, ayo Pli kita berangkat!"
"Capcus a!"

Mereka berkeliling kampung melihat bangunan-bangunan yang terlihat berbeda dengan yang ada di kota, sedikit lebih tua dan nggak modern.

"Pli, ini puskesmas-nya kuno ya, kamu tau siapa yang ngebangun dulu?"
Karena Kipli tidak tau, Kipli menjawab, "Teuterang," yang artinya tidak tau dalam bahasa sunda.
"Oh teuterang."

Mereka melewati jembatan yang tampaknya hampir roboh namun masih kokoh.

"Ini jembatannya kuat nggak Pli?"
"Kuat a, meren."
"Siapa yang bangun jembatan ini Pli? Kok kuat amat ya? Padahal kayaknya udah tua banget."
"Teuterang a." Kipli tidak tau lagi.
"Oh teuterang."

Beberapa minggu berlalu, liburan Jajang dan Andre akan usai, mereka bersiap-siap kembali ke Depok.

"Hati-hati di jalan ya a!" ucap Kipli dan orang tua Jajang.
"Iya!" jawab Jajang dan Andre.

Baru keluar dari gang rumah Jajang, terlihat bendera kuning, yang artinya ada yang meninggal. Jajang keheranan dan bertanya ke seorang warga yang berada di dekat bendera kuning itu.

"Mang, itu siapa yang meninggal?"
"Teuterang."
"Innalillahi, teuterang meninggal? Jasa-jasanya buat kampung ini sungguh besar ya Jang." Andre menyambar pembicaraan.
"..."

Sabtu, 29 Maret 2014

Gue Jomblo, Terus Kenapa?

Satu hal yang selalu dan selalu jadi permasalahan semua orang ketika menjomblo, bully. Gue heran seheran herannya orang heran yang keheranan. ANEH BANGET. Jomblo dianggap remeh banget. Seakan-akan jomblo itu seorang warga negara dengan kasta paling bawah. Bener-bener nggak ngotak.

Aaaaaarrghh!

Demi apapun gue kesel.

Untuk itu, gue bakal ngasih tau pacaran itu nggak boleh dalam Islam. Nih FAQ-nya ustadz Felix Siauw:

1. "emang pacaran dalam Islam nggak boleh ya?" | iya, Rasul melarang segala jenis khalwat (berdua-duaan) yg bukan mahram, termasuk pacaran

2. "walaupun beda negara? LDR gitu" | mau beda negara, mau beda alam, mau beda dunia, mau LDR mau tetangga, tetep aja haram

3. "kan pacarannya nggak ngapa-ngapain?" | nggak ngapa-ngapain aja dapet dosa, rugi kan? mendingan nggak usahlah

4. "tapi kan kita punya perasaan" | so? punya perasaan nggak buat kamu boleh melanggar hukum Allah yang kasi kamu perasaan

5. "kalo pacarannya bikin positif?" | positif hamil maksudnya?

6. "hehe.. jangan suudzann, maksudnya bersamanya bikin rajin shalat geto" | shalatmu untuk Allah atau untuk pacar? pernah denger ikhlas?

7. "nggak, maksudnya kita, dia kan ber-amar ma'ruf.." | halah, dusta, mana ada kema'rufan dalam membangkang aturan Allah :)

8. "kalo orangtua udah restui?" | mau orangtua restui, mau orangutan, tetep aja pacaran maksiat

9. "katanya ridha Allah bersama ridha ortu?" | wkwk.. ngawur, dalam taat pada Allah iya, dalam maksiat? masak ortu lebih tau dari Allah?

10. "jadi nggak boleh nih? kl dikit aja gimana?" | eee.. nawar, emang ini toko besi kulakan?

11. "terus solusinya gimana? kan Allah ciptakan rasa cinta?" | nikah, itu solusi dan baru namanya serius

12. "yaa.. saya kan masih belum cukup umur" | sudah tau belum niat nikah, kenapa malah mulai pacaran?

13. "pacaran kan enak, nikmat" | iya, nikmat bagi lelaki, bagimu (cewe) penyesalan penuh airmata nanti

14. "pacar saya udah bilang dia serius sih, 6 tahun lagi baru dia lamar saya" | itu mah nggak serius, sama aja teken kontrak untuk sengsara

15. "pacar sy bilang nunggu sampe punya rumah baru lamar" | itu agen properti atau calon suami? nggak serius banget

16. "pacar sy bilang nikahnya nanti kalo udah cukup duit" | alasan klise, itulah yg cowok katakan untuk tunjukkin betapa nggak komit dia

17. "pacar sy bilang mau nikah tapi tunggu saudaranya nikah dulu" | ya tunda aja hubungannya sampe saudaranya nikah

18. "pacar sy bilang dia siap, tapi nunggu lulus" | alasan yang paling menunjukkan ketidakseriusan, nggak siap tu namanya

19. "pacar sy siap ketemu ortu sy sekarang juga, tapi sy yg belum siap" | cape deeh (=_=);

20. "ya udah, kakak-adik aja ya?" | wkwk.. maksa banget sih mau maksiat? giliran suruh shalat aja banyak alasan

21. "terus yang serius itu yang gimana?" | yang berani datangi wali-mu, dan dapet restu wali-mu dan menikahimu segera

22. "iya, sy udah putusin pacar, dia mau bunuh diri katanya" | tuh, tau kan mental lelaki pacaran, suruh nguras laut aja lelaki begitu

23. hal terserius yang bisa dilakukan yg belum siap adalah memantaskan diri | bukan justru mengobral diri

24. pahami agama, kaji Islam, perjuangkan Islam sebagai persiapan, itu baru serius | agar pantas dirimu jadi pasangan dan ortu yg baik

25. cinta ada masanya, pantaskan diri untuknya | bukan dengan pacaran, baku syahwat pake badan

26. kl siap walau nikahnya harus besok, barulah ta'aruf | karena ta'aruf bukan mainan bagi yg belum siap

27. jadi serius bagi yg sudah siap adl dengan nikah | sementara serius bagi yg belum siap adl mendekat dan taat pada Allah | kelir?!

So, masih ngebet pengen pacaran? Masih mau nge-bully yang jomblo? Gue jomblo, terus kenapa?

Minggu, 23 Maret 2014

Pentingnya Sinopsis

Karena beberapa temen blogger ada yang komen di postingan Belajar Jadi Penulis, yang minta gue sharing tentang apa yang gue dapet di Kopdar Fiksi. Makanya kali ini gue mau bahas tentang sinopsis.

Pertemuan pertama Kopdar Fiksi di redaksi penerbit bukune emang banyak ngejelasin tentang salah satu komponen penting pembuatan naskah ini, sinopsis. Tapi, ternyata, masih banyak yang salah ngira sinopsis itu apa. Guepun sama, awalnya gue kira sinopsis itu yang ada di belakang buku, ternyata bukan lho! Kalau yang ada di belakang buku itu namanya blurb.

Apaaa?!

Sinopsis itu lebih kayak rangkuman semua isi naskah. Nggak ada yang dirahasiakan. Beda sama blurb, misal di blurb ada kalimat, "Apakah si Budi akan berpacaran dengan si Ani? Bacalah naskah ini!" kalau di sinopsis nggak boleh ada yang kayak gini. Semuanya terangkum di sinopsis, inget ya, semuanya.

Dan yang gue denger dari mbak Windy, ternyata sinopsispun berperan besar untuk membuat naskah dilirik sama editor. Bayangin aja ada beratus-ratus naskah yang harus editor baca tiap harinya, pasti males kan? Makanya, sinopsis bisa jadi acuan awal buat editor nilai sebuah naskah. Kalau sinopsisnya bagus, minimal editor bakalan penasaran buat baca seluruh naskah.

Okay, buat lebih paham, gue kasih contoh sinopsis dari blognya mas Bara How To Write Book Synopsis:

JUDUL        :     YOU ARE MY FUTURE (BUT WHY ARE YOU MY PAST TOO?)
PENULIS    :     Crystal
TEBAL        :     80 halaman (32.123 kata) – kalau belum mulai ditulis naskahnya, berarti ini tidak ada
IDE DASAR (Premis)    : Tentang cowok yang jatuh cinta dengan orang yang pernah mempermalukannya waktu SMU dulu.
SINOPSIS
Dua belas tahun lalu (2000—bab 1), Rizal (cowok pemalu dan kutu buku) jatuh cinta pada pandangan pertama dengan cewek dancer di sekolahnya yang bernama Nina. Sebenarnya, Nina juga merasakan hal yang sama, tapi cewek itu terlalu gengsi dengan reputasinya dan kemudian merancang adegan memalukan saat jam istirahat: menolak Rizal mentah-mentah. Cowok itu ditertawakan habis-habisan dan bahkan setelah berbulan-bulan sejak itu pun dia selalu merasa mual karena trauma setiap pagi—saat sadar harus siap-siap berangkat sekolah.
Cut to: kejadian kini (2012—bab 2), Rizal yang semasa remajanya dikenal berpenampilan cupu dan agak nerdy tumbuh jadi sosok menawan dan atletis. Bukan itu saja, setelah lulus kuliah, cowok itu berhasil mendapat pekerjaan mapan di sebuah perusahaan asing. Seperti ingin balas dendam pada masa lalunya yang pahit, Rizal senang gonta-ganti pacar dan sangat alergi pada komitmen. Tapi semuanya berubah sejak bertemu dengan Nina (Rizal mengenalnya dengan nama lengkapnya, Arina), staf baru di kantornya. Cewek itu juga berubah banyak secara fisik maupun penampilan hingga Rizal pun tidak mengenali cewek itu adalah teman sekelasnya yang dulu.
Keduanya seperti cepat menemukan kecocokan satu sama lain. Rizal mulai mempertimbangkan untuk mencoba relationship serius dan Nina merasa cowok itu adalah sosok pacar yang dia idam-diamkan selama ini. Setelah berkencan beberapa kali (bab 4, bab 5), keduanya saling jatuh cinta. Meskipun beberapa kali sempat ada penghalang (Nina diganggu mantannya yang ternyata belum bisa menerima kenyataan bahwa hubungan mereka sudah berakhir—bab 6, tante Rizal yang sempat bermaksud menjodohkan keponakannya dengan putri teman arisannya—bab 8), hubungan keduanya malah semakin erat.
Rizal semakin mantap dengan keputusannya. Merasa Nina berhasil membuat dia ‘insyaf’ jadi playboy, dia pun kemudian berencana untuk melamar cewek itu saat reuni kecil-kecilan (hanya teman-teman klub KIR saja—bab 10). Alasannya, karena dia ingin sekalian juga ‘tutup buku’ buat pengalaman pahit waktu dia dipermalukan saat SMU dulu. Namun yang terjadi justru di luar dugaan Rizal. Setengah jam sebelum rencana melamar Nina di hadapan teman-temannya, Nina bercerita tentang bagaimana shallow-nya dia waktu SMU dulu (cerita deh tentang gimana dia menolak cowok yang naksir dia—which is maksudnya adalah Rizal). Rizal langsung pucat dan buru-buru menghambur keluar dari venue acara. Dan malam itu juga, saat Nina menelepon Rizal (bertanya kenapa cowok itu tiba-tiba menghilang dari acara—bab 11), cowok itu malah ends up memutuskan hubungan.
Nina yang sedih karena nggak mengerti kenapa tiba-tiba diputus sepihak begitu dan bingung harus bersikap seperti apa dengan kenyataan pahit ini, curhat ke teman baiknya, Karin. Karin, yang sejak bab pertama dijelaskan mengambil peranan sebagai ibu beruang yang sangat protektif ke Nina, jelas nggak terima teman baiknya diperlakukan seperti itu. Cewek itu langsung mencari tahu ke teman-teman Rizal. Akhirnya terbongkarlah bahwa masa lalu Rizal dan Nina bersinggungan di pengalaman pahit waktu SMU itu.
Nina kini marah dan memutuskan untuk konfrontasi langsung ke Rizal (bab 14). “Jawab, apa yang kamu cintai selama ini aku yang sekarang saja atau aku yang seutuhnya? Yang ternyata punya masa lalu buruk dan ada hubungannya dengan kamu?” Cowok itu tetap bersikeras dengan perasaannya. Dia bilang, masih belum bisa melupakan apa yang terjadi dua belas tahun lalu.
Nina kecewa dan dengan suara gemetar bilang, “Dan here I am thinking, you are the man I want to spend my life with....” Rizal berujar pelan, “I’m sorry.” Nina menggeleng, “No. Actually, I’m the one who should say sorry. Maaf karena aku salah menilai kamu selama ini.”
Meskipun mantap putus dengan Nina, Rizal tetap terlihat nggak bahagia. Cowok itu cerita ke sepupunya (dari tante yang menjodohkan dia dulu itu), dan dia malah dinasihati begini: “Waktu lo memutuskan buat melamar Arina—euh, Nina dulu, lo sendiri kan yang bilang mau tutup buku dari masa lalu penolakan memalukan waktu SMU itu. Lo bilang, masa lalu itu menghalangi kebahagiaan lo di masa depan.” “Lha, memang iya kan?” “Kalau begitu, lihat diri lo sekarang, nelangsa begini. Lo lagi berlari di tempat, Zal. Masa lalu lo jelas-jelas masih jadi batu sandungan buat masa depan lo.” Rizal terdiam (bab 15).
Setelah berpikir semalam suntuk (bab 16), cowok itu kemudian memutuskan untuk minta maaf ke Nina. Cewek itu tetap menolak, tapi Rizal nggak putus asa. Dia mengulangi proses nembak waktu dia SMU dulu. “Kita berdiri dengan posisi serupa seperti dua belas tahun lalu. Dan sekali lagi, di tangan kamulah keputusan untuk menentukan apa sejarah kita dulu akan berulang lagi malam ini....” Mata Nina merah, seperti mau menangis. “Aku nggak suka diintimidasi begini!” Rizal menggeleng. “Kamu salah. Yang aku lakukan sekarang simply hanya bermaksud untuk memperjuangkan cintaku ke kamu, Na.” Hati Nina melunak dan menerima permintaan maaf (plus lamaran) Rizal.
Cerita ditutup dengan adegan pernikahan Nina dan Rizal (bab 17)

So, mungkin itu aja yang bisa gue sharing kali ini. Yang jelas, sinopsis bukan blurb, dan sinopsis penting banget buat sebuah naskah. Selamat bikin sinopsis! Hehe.

Sabtu, 22 Maret 2014

Berani Jomblo itu Baik

Kadang beberapa orang nggak mau ngejomblo itu karena sering di-bully, iya nggak sih? Gue aja kadang bingung, kenapa jomblo sering dihina yak? Apa salahnya jadi jomblo? Jomblo kan nggak merugikan negara.

Ditambah, apa coba motivasi mereka yang nge-bully jomblo? Mereka dapet untung gitu? Hih, nggak jelas banget. Gue sering liat tweet-tweet di timeline yang ngehina-hina jomblo. Gue sih diem aja, kalau gue ladenin berarti gue merasa terhina. Karena gue sama sekali nggak terhina dengan hinaan itu. I'm not someone who they are talking about. Gue emang jomblo, tapi bukan jomblo yang mereka perbincangkan.

Makanya, jadi jomblo itu sulit. Pertama, karena harus bisa ngontrol perasaan. Gimana caranya biar perasaan ngalir tanpa perlu pacaran. Kedua, ya itu, banyak yang nge-bully tanpa alasan konkret. Di postingan Kendala Jomblo #3 gue pernah bilang kalau jomblo itu khusus profesional, dan itu bener banget.

Terus gimana caranya kita ngeladenin orang yang ngehina jomblo tanpa alasan itu?

Intinya, sebagai jomblo yang bertalenta *cieilah, kita harus bisa tahan emosi. Jangan "dulu" diladenin. Kok pake dulu? Jadi gini...

Nyusun strategi.

"Serang musuh ketika mereka lemah"

Taktik perang cerdas inilah yang harus dipake buat memerangi orang-orang tidak ber-pri-kejombloan. Jadi, ketika mereka ngehina, biarin. Tunggu saat mereka galau. Dan teriakin:

"ENAK? Mending gue jomblo."

So, gue jadi kebawa emosi juga nulis postingan ini, hehe. Tapi ini semua terjadi karena keresahan jomblo yang sering di-bully tanpa alasan aja, sakit hati coy. Berani jomblo itu baik!


Minggu, 16 Maret 2014

Belajar Jadi Penulis

Karena sekarang gue rajin ngeblog, kadang gue juga pengen nyoba buat bikin buku. Walaupun kayaknya sulit banget. Makanya, gue pengen belajar nulis buku. Karena nulis buku itu nggak asal-asalan. Kalau ngeblog sih masih boleh asal-asalan (menurut gue). Mau nulis "aku .. mau makan , tapi aku biingung" itu sah-sah aja di blog. Tapi kalau di buku kayaknya kurang pantes aja, ya?

Karena gue sering baca buku-buku komedi yang penyajiannya kayak konten blog, semisal Benabook, Ngenest, Marmut Merah Jambu, dan bahkan Lupus Reborn, gue akhirnya nyoba buat bikin naskah sejenis buku-buku itu. Gue bikin sekitar 3 bulan, judulnya "Monyet Darwin". Lalu naskah itu gue kasih ke temen-temen gue, dan gue paksa mereka buat baca dan ngoreksi apa aja yang salah. Setelah itu, akhirnya gue tersadar, naskah gue amburadul maksimal. Akhirnya gue harus ngerevisi naskah amburadul itu, entah kapan beresnya...

Karena itulah, akhirnya gue pengen bikin naskah lain. Mungkin supaya menenggelamkan naskah sebelumnya, supaya nanti pas revisi bisa lebih fresh (ini alibi gue aja). Gue pengen bikin novel fiksi. Tapi gue sama sekali nggak ngerti fiksi. Ditambah gue jarang banget baca novel fiksi, hadeuh. Tapi tiba-tiba gue liat tweet mas Bara di timeline.


Ternyata mas Bara bikin kelas yang namanya Kopdar Fiksi di Jakarta. Karena cuman buat 15 orang, tanpa banyak nunggu akhirnya gue kirim email. Dan gue diterima, mungkin karena gue terlampau cepat dalam ngirim email.

Kelas pertama tempatnya di redaksi penerbit bukune. Gue sama sekali nggak tau dimana itu. Gue cari di google maps, ternyata jauh dari jalan raya. Masuk ke gang antah berantah. Pokoknya sulit diakses deh. Gue berangkat kesana naek kereta, lalu naek ojek. Ongkos ojeknya bikin gue nggak mau naek ojek lagi, mahal...

Ini kelas Kopdar Fiksi pertama, kita belajar segala hal tentang fiksi dan dunia penerbitan:


Kelas kedua masih di redaksi penerbit bukune. Kali ini gue bawa motor, jadi nggak naek ojek, ojek? Hih. Kita belajar tentang ide, dan bikin sinopsis:

Kelas ketiga ternyata pindah tempat, yaitu ke Zoe Cafe di Margonda, Depok. Ini keberuntungan buat gue, karena tempatnya cuman 2 menit dari kantor gue. Cuman naek angkot sekali, yey. Kita belajar tentang bikin outline:

Mas Bara lagi ngasih materi.

Setelah itu semua akhirnya gue dapet ide buat bikin naskah fiksi yang judulnya "Konspirasi Jomblo", yang terinspirasi dari blog gue tercinta ini. Dengan bekal ilmu yang udah mas Bara kasih, semoga gue bisa menyelesaikan naskah ini. Tapi ternyata kelas Kopdar Fiksi masih terus jalan, kita terus dibimbing sampe naskah beres. Bersyukur banget bisa gabung kelas Kopdar Fiksi.

Sabtu, 15 Maret 2014

Yuk Kita Jomblo!

Selain jomblo itu dapet pahala, banyak juga lho keuntungan lainnya. Postingan ini terusan dari postingan kemaren tentang Syukuri Jadi Jomblo. Kali ini gue mau share keuntungan ngejomblo yang gue alami selama ini, yaitu:

1. Irit
Irit adalah hal yang paling kontras dari jomblo atau pacaran. Gue, juga beberapa temen gue berpendapat teguh kalau jomblo itu irit. Karena, ketika pacaran, pasti akan ada banyak pengeluaran tidak terduga yang mencabik-cabik dompet beserta isinya. Dimulai dari nge-date sama pacar, dan itu pasti ada biaya transportasi dan konsumsi. Sampe pulsa! Hadeuh... Pulsa jadi boros banget. Nelpon, SMS yang tiada henti, menyebabkan counter pulsa menjadi tempat nongkrong pribadi.

Yah kira-kira gini deh efek dari pacaran.

Makanya, jomblo lebih irit. Karena pengeluarannya juga sedikit. Punya duit buat dinikmatin sendiri. Bukan buat dihura-hura bareng anak orang yang nggak tau bakal jadi jodoh atau nggak.

2. Kesehatan Hati Terjamin
Silahkan lo cari orang-orang yang galau, gue yakin kebanyakan dari mereka adalah orang yang bermasalah dalam hubungan pacarannya. Karena pada hakekatnya, ketika pacaran, maka itu berarti bakal galau, itu udah pasti.

Beda sama jomblo. Jomblo nggak akan galau karena hubungan berpacaran, kan jomblo. Walau emang, jomblo pasti akan galau juga. Tapi, intensitas galaunya nggak separah mereka yang berpacaran kok. Jomblo itu galau seadanya dan sebutuhnya. Minimal untuk menegaskan kalau jomblo masih punya hati, makanya masih bisa galau.

3. Merdeka
8 dari 9 orang yang berpacaran, pasti akan merasa terkekang oleh pacarnya. Apa-apa harus laporan dulu sama pacar. Kalau nggak lapor nanti dimarahin, pacarnya cemburu, dan lain-lain. Yah, minimal, beberapa tindakan bakal terganggu karena takut si pacar marah.

Come on! Kita hidup di negara merdeka, negara bebas. Ngapain terkekang oleh mereka yang "sebenernya" belum pantes buat dapet kekuasaan ngekang kita? Kalau udah nikah sih wajar pasangan kita cemburu, pacar? Belum resmi apa-apa coy, nggak ada surat-suratnya.

So, seperti judul postingan kali ini. YUK KITA JOMBLO!

Minggu, 09 Maret 2014

Belajar Jadi Komika

Saat dulu gue di Bogor. Gue kadang suka nonton stand up comedy di Metro TV maupun di Kompas TV. Gue suka banget sama stand up comedy. Gue selalu ketawa lepas kalau nonton stand up comedy, dan gue suka banget kalau ketawa. Ketawa itu bisa bikin kita melupakan permasalahan dalam hidup kita, walaupun hanya sejenak.

Mic lagi open mic.

Menurut gue, stand up comedy itu hampir kayak pidato sih, pidato yang lucu. Ngomong depan orang, ngejelasin hal-hal di sekitar, dan pasti dengan cara yang lucu. Gue pengen banget nyoba stand up comedy, tapi gue bingung, "Gimana caranya?" Masa tiba-tiba gue teriak, "Woi! Gue mau ngelucu nih!" Kan malah aneh juga.

Akhirnya, sekarang gue kuliah di Gunadarma. Dan, kebetulan Gunadarma itu berada di Depok. Awalnya, saat itu gue nyoba ikut lomba kesenian di kampus, gue ikut lomba nyanyi dangdut, ini asli, NON FIKSI. Kala itu ternyata ada hiburan berupa stand up comedy, jelas aja komikanya mahasiswa Gunadarma. Ternyata komika itu adalah Pardede Reza (Coki) sama Wiranto. Gue ngakak banget nonton mereka.

Mungkin udah dasarnya gue itu orang yang SKSD (Sok Kenal Sok Deket), tanpa malu gue datengin mereka.

Gue: "Anjrit, bang! Kalian keren banget!"
Bang Coki: "Wah, thanks bro."
Bang Wiranto: "Makasih!"
Gue: "Kenalin gue Dieqy. Eh, rasa-rasanya muka bang Coki agak familiar gitu yak?"
Bang Wiranto: "Lo pernah nonton Malam Minggu Miko nggak, Dieq? Dia itu yang perannya jadi produser musik itu lho."
Gue: "Ah! Bener! Gilaa, itukan garapan bang Raditya Dika, kok lo bisa ikut nimbrung, bang Coki?"

Bang Coki di Malam Minggu Miko.

Bang Coki: "Hehe, gue kadang suka maen ke rumahnya Radit, eh diajakin deh."
Gue: "Keren-keren... Eh bang, kalau pengen jadi komika itu gimana caranya sih?"
Bang Coki: "Emang lo suka stand up comedy?"
Gue: "Suka banget."
Bang Coki: "Okay, nanti hari Selasa dateng aja ke Juliet Coffee, stand up Depok biasa open mic disana."
Gue: "Okay!"

Gue disuruh dateng ke open mic stand up Depok, walau gue aja nggak ngerti open mic itu apaan sih? Tapi, karena gue dari dulu pengen nyoba stand up, gue nyoba bikin materi, moga-moga aja gue bisa tampil disana.

Pas gue dateng, ternyata open mic itu kayak latihan stand up, semua orang boleh nyoba, dan dengan penuh rasa keberanian gue nyoba. Dan toneng-toneng, gue nge-bomb. Nge-bomb itu artinya nggak terlalu lucu. Tapi gue sempet baca artikel dari bang Fico, "Nge-bomb itu biasa, tanpa nge-bomb kita nggak akan berkembang." Gue terima kalau gue nge-bomb, dan nyoba buat belajar lebih. Dan, ternyata, stand up Depok itu punya jadwal sharing comic setiap hari Minggu di Lawson, Margonda. Gue nyoba dateng ke sharing comic Depok. Disana gue belajar banyak tentang dunia stand up comedy. Dimulai dari mencari keresahan di sekitar, mengubahnya menjadi premis, nyari set-up dan punchline, juga nge-set-list materi. Sharing comic bermanfaat banget buat gue.

Sampai sekarang, gue terus nyoba open mic, kadang lucu kadang nggak lucu. Ya, namanya juga proses. Nggak ada seorang komika yang selalu lucu, pasti adakalanya dia nge-bomb, dan itu nggak apa-apa.

So, buat semua orang yang punya hobi apapun, jangan pernah setengah-setengah sih menurut gue. Jangan sampe apa yang lo lakukan itu cuman buang-buang waktu karena lo nggak serius. Apapun kegiatannya, pasti ada manfaatnya. Gue beranggapan dengan gue belajar stand up comedy, gue belajar softskill berupa ngomong di depan umum. Softskill itu nggak bisa dipelajari lho, cuman bisa dilatih. Terlebih, gue pengen bikin orang lain melupakan permasalahan dalam hidup mereka, walaupun hanya sejenak. Makanya, jangan pernah setengah-setengah! Love your hobbies.

nb. bang Coki ternyata baca postingan ini lho.


Sabtu, 08 Maret 2014

Upgrade Jodoh

Emang sih, jodoh itu di tangan Allah. Tapi, kita juga harus berusaha supaya dapet jodoh yang terbaik, yang kita idam-idamkan. Siapa sih yang nggak mau dapet jodoh yang diidam-idamkan? Pasti semunya pengen dapet yang terbaik.

The unifying.

Terus gimana caranya supaya dapet jodoh yang terbaik? Gimana cara usahanya? Menurut gue, Allah itu Maha Adil, jadi jodoh itu nggak akan ketuker. Orang baik pasti dapet jodoh yang baik, begitupun sebaliknya. Makanya, kalau pengen dapet jodoh yang terbaik ya harus memperbaiki diri. Be better!

Memperbaiki diri disini harus dalam segala aspek. Mulai dari penampilan, perbuatan, dan lain sebagainya. Jelas aja, semakin baik diri kita, maka semakin pantas kita bersanding dengan yang baik juga.

Tapi, nggak sedikit yang beranggapan kalau pengen mendapat jodoh yang terbaik itu dengan cara berpacaran. Gue sangat nggak setuju dengan hal ini. Pertama, karena gue adalah orang yang optimis. Gue selalu beranggapan bahwa seamburadul apapun muka gue ini, gue yakin Allah pasti udah nyiapin jodoh buat gue. Jadi, gue nggak perlu nyari terlalu dini dengan cara berpacaran. Husnudzon aja kali, nggak akan kehabisan jodoh kok.

Kedua, ketika berpacaran, itu artinya kita berpasangan dengan orang yang mau dipacarin. Apakah orang yang mau pacaran itu yang terbaik? Jujur aja, kalau dia mau pacaran sama kita, berarti dulu dia-pun mau pacaran sama orang lain dong? How can we know the story of them? Karena kita hanya tau nama mereka, bukan sejarah mereka. Ditambah, di lubuk hati lo yang paling dalam pasti ada sepercik anggapan kalau pacaran itu negatif kan? Masa lo mau sama orang yang mau dinegatifin? Walau gue pun tau, zaman sekarang nyari jodoh yang cakep dan jomblo dari lahir itu hampir bisa dikatakan mustahil, lucky banget deh kalau sampe nemu.

So, secara sederhana gue simpulkan, kalau pengen dapet jodoh yang terbaik, kita harus memperbaiki diri kita. Salah satu caranya yaitu dengan nggak pacaran. Ayo pantaskan diri, demi jodoh yang pantas kita perjuangkan sekarang!

Minggu, 02 Maret 2014

Cowo Selalu Salah

d'Masiv - Apa Salahku *volume full*

Sebuah filosofi yang merugikan cowo banget, "Cowo selalu salah". Dan ini tejadi. Gue sering ngalamin. Ketika kita, para cowo melakukan hal apapun, jika tanpa seizin si cewe, maka itu adalah sebuah kesalahan, misal:

Cowo: "Aku beliin baju ini buat kamu"
Cewe: "Kamu. Beli. Berapaan?"
Cowo: "200 ribu (?)"
Cowo: "Itu kemahalan, b*ego!"

Ah, shit...

Karena kemahalan, cowo salah. Dan ini biasanya terus berlanjut, pastinya dengan si cowo yang selalu salah.

Cowo: "Iya maaf, aku salah, cowo emang selalu salah, hehe" *bercanda, mencairkan keadaan*
Cewe: "Jangan suka bilang gitu! Hih! Maksudnya cewe selalu nyalahin? Hah?"
Cowo: "Tuh kan, salah lagi..."
Cewe: "Ya udah, lupain aja!"
Cowo: "Iya, ini aku lupain"
Cewe: "Dasar cowo, pura-pura mulu hidupnya!"
Cowo: "Kan tadi kamu yang nyuruh aku lupain (?)"
Cewe: "Ya jangan diikutin!"
Cowo: "Terus kamu maunya apa?"
Cewe: "Yah... Masa nanya sih? Inisiatif dong!"
Cowo: "Aku kan bukan Tuhan yang tau segalanya"
Cewe: "Apa salahnya usaha dikit kek!"
Cowo: "Iya iyaaa, kamu yang cewe, aku yang salah, iyaaaaaa"
Cewe: "Bilang iyanya jangan terpaksa!"
Cowo: "Salah lagi? Okay... Iya :)"
Cewe: "Aku nggak bilang kamu salah kok, ngomong sembarangan!"
Cowo: "Ya udah, maafin aku"
Cewe: "Minta maaf terus nanti diulang lagi? Kuno!"
Cowo: "..." *kena stroke*

"..."

Hal ini jauh berbeda ketika cewe yang ngaku salah.

Cewe: "Aku tau ini salah aku. Kamu kan nggak pernah salah. Kamu kan ahli surga. Aku tau! Aku tau!" dan terjadilah adegan berdarah.

Ketika mereka ngaku salah, mereka tetep nyalahin cowo...

Aku rapopo.

Dear cewe-cewe yang berbudiman, apa ini sudah jelas? Apa yang selama ini kalian perbuat telah membuat kami, kaum cowo, tertindas dan tersiksa. Mungkin emang, kami sering melakukan kesalahan, kami sadari itu, tapi bukan berarti kami nggak pernah bener dong? Kami juga manusia... Perlakukan kami seperti manusia normalnya, dan jangan membuat kami mengalami keterbelakangan mental karena kalian...

So, cerita di atas hanya fiksi belaka, tapi kadang gue alami juga sih, beberapa. Buat cewe yang baca ini, maaf ya, ini cuman bercandaan aja (tapi dari hati). Mohon maaf bila ada kesalahan, karena kesempurnaan hanya milik Allah, dan karena cowo selalu salah.

Sabtu, 01 Maret 2014

Syukuri Jadi Jomblo

Ketika jadi jomblo, kita harus bersyukur. Kenapa? Coba flashback pas lo pacaran, dan kenapa lo putus? Gue rasa nggak mungkin lo pacaran buat nyari pahala, dan putus karena ngerasa pahala lo udah terlalu banyak, iya kan?

Momen ketika lo menjomblo jangan lo habiskan buat merenung nyari pacar baru, justru lo harus jadikan batu loncatan supaya lo jadi pribadi yang lebih baik. Dan, untuk menjadi pribadi yang lebih baik, kita nggak boleh melakukan hal yang bodoh, terutama: Melakukan kesalahan yang sama.

Jangan mengulangi kesalahan yaaaaa.

Kesalahan yang pernah lo lakukan dulu, jangan pernah lo lakukan lagi. Dan, coba lo reka ulang, apa yang telah lo lakukan ketika lo pacaran? Sebuah hal positif kah? Kalau bukan, gue rasa itu adalah sebuah kesalahan. Makanya, jangan pernah diulangi, kan kita harus jadi pribadi yang lebih baik.

Kalau misalkan lo beranggapan pacaran itu hal yang positif, gue bakal nyoba buka mata lo.

Pacaran ekivalen dengan maksiat

Kenapa gitu? Jelas aja. For your information, maksiat itu bukan cuman berhubungan intim, tapi lebih luas lagi. Sekedar SMS-an dengan sayang-sayangan aja itu udah termasuk maksiat. Karena, maksiat itu adalah segala hal yang terjadi karena dorongan hawa nafsu.

Hal-hal kecil yang kadang orang pikir biasa aja, nggak masalah, malah itu yang sering jadi maksiat. Dan pacaran adalah sarana supaya maksiat lebih legal. Menurut gue, daripada kita melegalkan maksiat tapi nggak mau maksiat, mending sekalian melarangnya, dengan cara nggak usah pacaran. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

So, bersyukurlah menjadi jomblo. Dengan lo menjadi jomblo, maka lo telah mengurangi resiko bermaksiat, selamat! Yang masih beranggapan pacaran itu positif, mungkin bisa mampir ke postingan gue ini: Pacaran itu Positif? Tidak ah, Tentang Pacaran lagi, atau sekalian biar lebih fresh lihat aja video gue ini: Emang Pada Gila - Pacaran Positif?