Rabu, 25 Maret 2020

Imbas Pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) Yang Mendunia Bagi Gue

Bumi sedang sakit. Katanya begitu. Padahal yang sakit itu manusianya. Bumi justru menurut gue malah sedang "enakan" karena polusi berkurang dan dampak positif lingkungan lain yang terjadi karena kondisi lockdown di banyak tempat di berbagai negara saat ini. Tapi tetap aja, manusianya pada sakit, dan gue juga salah satu manusia. Dan pasti terkena imbasnya.

Novel Coronavirus (2019-nCoV) adalah nama awal si virus penyebab keramaian ini. Berawal dari bulan Desember 2019 muncul berita cukup menggemparkan. Di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, banyak orang yang terkena demam dan diketahui karena virus baru. Di video yang beredar terlihat orang-orang disana jatuh pingsan di trotoar dan kejang-kejang. Hal yang sangat menakutkan bagi gue yang sering nonton film dan main game zombie apocalypse. Virus itu adalah corona. Ngomong-ngomong virus corona ini ada banyak jenisnya dan sudah ada sejak lama. Dan hanya ada 4 jenis yang bisa menyerang manusia, sekarang jadi 5 berarti ya.

Banyak berita membahas darimana datangnya virus baru ini. Dari banyaknya berita itu, kelelawar katanya sebagai sumber dari si 2019-nCoV ini. Lho kok kelelawar bisa-bisanya pindah ke manusia? Bisa aja bro, orang di Kota Wuhan kelelawar dijadiin sup kok. Bukan cerita lama juga orang sana makan yang aneh-aneh. Bahkan ada juga videonya mereka makan sup kelelawar, dan dari videonya bisa dilihat kalau si kelelawar itu gak dibersihkan dulu. Kayaknya itu kelelawar lagi terbang dihipnotis langsung masuk ke panci dan dikonsumsi aja gitu.

Image result for china eat bat soup

Setelah itu dunia masih nyaman, tidak terlalu banyak perubahan, hanya di Cina setiap harinya berita datang tentang penyebaran virus ini yang begitu cepat. Sedikit demi sedikit negara sekitar Cina mulai terdampak, bahkan Eropa dan sekitarnya. Katanya sih karena wisatawan yang sempat datang ke Kota Wuhan. Tapi Indonesia masih 0 kasus.

WHO bahkan keheranan kenapa bisa-bisanya Indonesia masih belum ada kasus? Padahal lokasinya sangat strategis dengan penyebaran virus ini. Jangan-jangan Indonesia tidak mampu untuk mendeteksi kehadiran virus ini di negaranya? Ucapnya sih gitu. Dan saat itu gue lebih optimis dan berpikir kalau kasusnya gak ada ya Alhamdulillah, masa pengen ada?

Tapi ternyata tidak lama kemudian muncul kasus pertama di Indonesia. Orang depok terkena virus corona. Dan luar biasanya kantor tempat gue bekerja baru aja 1 bulan pindah ke Depok saat itu. Sangat tepat waktu bukan? Bahkan Nikita Mirzani tidak percaya dengan kebetulan itu. Gue? Agak khawatir juga sih saat itu. Karena posisi rumah si pasien corona ini emang gak terlalu jauh juga sama kantor. Reporter TvOne? Dia apalagi, khawatir banget sampe pakai masker PUBG kalau kata temen gue.

Image result for reporter tv one masker

Lalu gue gak tau kapan dan kenapa virus ini dikenal sebagai Covid-19 dan pada 11 Maret 2020 WHO menyatakannya sebagai pandemi.

Pandemi (dari bahasa Yunani πᾶν pan yang artinya semua dan δήμος demos yang artinya orang) adalah epidemi penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, misalnya beberapa benua, atau di seluruh dunia. - Wikipedia

Kasusnya semakin bertambah sampai ratusan ribu, kematian puluhan ribu. Dunia benar-benar gempar. Dan bukan hanya kesehatan yang diserang oleh virus ini, ekonomi juga. Karena orang harus berdiam diri di rumah, beberapa negara menutup akses keluar masuk, banyak industri tidak berjalan dengan semestinya. Apa kabar ekonomi Indonesia? Rupiah meroket ke bawah sampai titik yang menyedihkan. Gue yang punya sedikit portfolio saham di reksadana pun bisa tau kalau ini ekonomi lagi ancur-ancuran banget bro.

Seperti weekend-weekend lainnya gue pulang ke Bogor naik KRL dari Depok. Agak was-was sebenernya naik KRL, karena selalu penuh sesak, takutnya disana ada penyebaran virus corona dan gue terinfeksi. Tiba-tiba pemerintah memberikan edaran untuk #dirumahaja alias stay at home untuk mengurangi penyebaran virus corona. Dan baiknya kantor gue juga menerapkan work from home, jadi beberapa minggu gue bekerja remote di rumah.

Kemudian hal yang gue takutkan terjadi. Beberapa hari setelah WFH gue mulai pilek dan bersin-bersin. Puncaknya gue demam dan pergi ke dokter. Gue sangat ingat jelas ekspresi dokter ketika dia tanya gue kerja dimana dan gue jawab Depok. Tau kucing pengen kawin? Kira-kira gitu. Ngomong-ngomong dokternya cewe ya.

Istirahatlah gue beberapa hari. Minum obat demam, antibiotik, dan vitamin. Kata dokter kalau obat habis dan gak membaik langsung aja ke rumah sakit. Satu hal yang gue benci ketika sakit saat kondisi lagi chaos karena virus gini adalah berita tidak menenangkan sama sekali. Pernah bayangin gak sih rasanya lo sakit saat kondisi virus berbahaya tersebar dimana-mana dan berita isinya gak ada yang menenangkan lo. Yang ada isinya cuman ketakutan doang! Sumpah itu rasanya menyedihkan banget, untungnya gue masih punya agama dan bisa tenang menghadapinya.

Karena menurut dokter hal itu akan memicu reaksi psikosomatik. Hal itu timbul karena rasa cemas yang berlebihan. Pusat rasa cemas jadi terlalu aktif bekerja dan gak sanggup mengatasi kerja berat itu. Hasilnya? Gejala-gejala yang ditakutkan bisa terjadi. Dan itu memang gue alami lho! Tapi gejalanya hilang timbul dan gak terus menerus. Dan akhirnya gue kurang-kuranginlah baca & dengar berita-berita ketakutan biadab itu lagi. Apalagi setelah baca postingan ini:


Tolonglah saudara-saudara sebangsa dan setanah airku Indonesia tercinta. Kurangi berita ketakutan. Itu sama sekali gak membantu, yang ada nambah kepanikan doang. Apalagi kondisi lagi sakit, makin drop yang ada. Beritakanlah hal-hal yang baik, yang memotivasi. Kita semua sama-sama dalam musibah, mari kita saling membantu. Salam dari orang yang sakit pas lagi wabah corona.

2 komentar:

  1. Yep, kesehatan mental adalah kuncinya
    BIar tubuh tetap semangat dan tersugesti sehat terus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget, sugesti itu berperan sangat penting

      Hapus