Yang Penting Masak Mie

Transisi akhir bulan adalah masa dimana dompet dalam kondisi memprihatinkan. Dompet terlihat lesu, sering batuk-batuk, kadang-kadang bokernya mencret keluar recehan-recehan gitu. Kasian banget.

Tapi! Ada secercah harapan, ada jalan! Itu adalah 'mie instan'. Betapa gue idolakan pencipta makanan instan luar biasa ini. Gimana nggak coba? Udah isinya banyak, murah meriah banget lagi. Sungguh alternatif terbaik dalam masa kanker (kantong kering). Walau katanya jangan kebanyakan juga makan mie instan, katanya bahaya, soalnya mengandung MSG. Tapi apa boleh buat, daripada gue gak makan? Emang yang nyuruh jangan makan mie instan mau nraktir gue makan di warteg? Nggak juga kan? Yauda terpaksa gue makan mie instan, walau emang suka juga sih.

Mie instan itu cara masaknya gampang banget lagi! Cuman direbus and than beres. Ibaratnya nenek-nenek yang udah stroke juga mungkin bisa. Gue rasa mie instan itu memang disetting khusus untuk mereka yang pengen yang murah, dapet banyak, kenyang, enak dan gak ribet.

Sayangnya di kostan gue gak ada kompor, jadi gue gak bisa masak mie instan secara normal. Tapi itu bukan kendala besar buat gue, "Banyak jalan menuju Roma", itulah filosofi gue. Gak ada kompor? Gak masalah! Masak mie? Selow! Ada benda ajaib ini:

Namanya 'Electric Mug'. Doi sebenernya bukan buat masak mie, biasanya cuman buat masak aer biar mateng. Tapi menurut teori keterbandingan mie instan dalam aspek kehidupan yang sejahtera, diketahui bahwa:

"Dimana ada air yang mendidih, maka disana terdapat kemungkinan masak mie instan yang layak"

So, gue masak mie instan pake electric mug. Udah gak kehitung berapa kali benda ajaib ini membantu nyambung nyawa gue. Gue sangat berterima kasih untuk penemu electric mug, karyamu sangat brilian dan bermanfaat tinggi!