Minggu, 23 Maret 2014

Pentingnya Sinopsis

Karena beberapa temen blogger ada yang komen di postingan Belajar Jadi Penulis, yang minta gue sharing tentang apa yang gue dapet di Kopdar Fiksi. Makanya kali ini gue mau bahas tentang sinopsis.

Pertemuan pertama Kopdar Fiksi di redaksi penerbit bukune emang banyak ngejelasin tentang salah satu komponen penting pembuatan naskah ini, sinopsis. Tapi, ternyata, masih banyak yang salah ngira sinopsis itu apa. Guepun sama, awalnya gue kira sinopsis itu yang ada di belakang buku, ternyata bukan lho! Kalau yang ada di belakang buku itu namanya blurb.

Apaaa?!

Sinopsis itu lebih kayak rangkuman semua isi naskah. Nggak ada yang dirahasiakan. Beda sama blurb, misal di blurb ada kalimat, "Apakah si Budi akan berpacaran dengan si Ani? Bacalah naskah ini!" kalau di sinopsis nggak boleh ada yang kayak gini. Semuanya terangkum di sinopsis, inget ya, semuanya.

Dan yang gue denger dari mbak Windy, ternyata sinopsispun berperan besar untuk membuat naskah dilirik sama editor. Bayangin aja ada beratus-ratus naskah yang harus editor baca tiap harinya, pasti males kan? Makanya, sinopsis bisa jadi acuan awal buat editor nilai sebuah naskah. Kalau sinopsisnya bagus, minimal editor bakalan penasaran buat baca seluruh naskah.

Okay, buat lebih paham, gue kasih contoh sinopsis dari blognya mas Bara How To Write Book Synopsis:

JUDUL        :     YOU ARE MY FUTURE (BUT WHY ARE YOU MY PAST TOO?)
PENULIS    :     Crystal
TEBAL        :     80 halaman (32.123 kata) – kalau belum mulai ditulis naskahnya, berarti ini tidak ada
IDE DASAR (Premis)    : Tentang cowok yang jatuh cinta dengan orang yang pernah mempermalukannya waktu SMU dulu.
SINOPSIS
Dua belas tahun lalu (2000—bab 1), Rizal (cowok pemalu dan kutu buku) jatuh cinta pada pandangan pertama dengan cewek dancer di sekolahnya yang bernama Nina. Sebenarnya, Nina juga merasakan hal yang sama, tapi cewek itu terlalu gengsi dengan reputasinya dan kemudian merancang adegan memalukan saat jam istirahat: menolak Rizal mentah-mentah. Cowok itu ditertawakan habis-habisan dan bahkan setelah berbulan-bulan sejak itu pun dia selalu merasa mual karena trauma setiap pagi—saat sadar harus siap-siap berangkat sekolah.
Cut to: kejadian kini (2012—bab 2), Rizal yang semasa remajanya dikenal berpenampilan cupu dan agak nerdy tumbuh jadi sosok menawan dan atletis. Bukan itu saja, setelah lulus kuliah, cowok itu berhasil mendapat pekerjaan mapan di sebuah perusahaan asing. Seperti ingin balas dendam pada masa lalunya yang pahit, Rizal senang gonta-ganti pacar dan sangat alergi pada komitmen. Tapi semuanya berubah sejak bertemu dengan Nina (Rizal mengenalnya dengan nama lengkapnya, Arina), staf baru di kantornya. Cewek itu juga berubah banyak secara fisik maupun penampilan hingga Rizal pun tidak mengenali cewek itu adalah teman sekelasnya yang dulu.
Keduanya seperti cepat menemukan kecocokan satu sama lain. Rizal mulai mempertimbangkan untuk mencoba relationship serius dan Nina merasa cowok itu adalah sosok pacar yang dia idam-diamkan selama ini. Setelah berkencan beberapa kali (bab 4, bab 5), keduanya saling jatuh cinta. Meskipun beberapa kali sempat ada penghalang (Nina diganggu mantannya yang ternyata belum bisa menerima kenyataan bahwa hubungan mereka sudah berakhir—bab 6, tante Rizal yang sempat bermaksud menjodohkan keponakannya dengan putri teman arisannya—bab 8), hubungan keduanya malah semakin erat.
Rizal semakin mantap dengan keputusannya. Merasa Nina berhasil membuat dia ‘insyaf’ jadi playboy, dia pun kemudian berencana untuk melamar cewek itu saat reuni kecil-kecilan (hanya teman-teman klub KIR saja—bab 10). Alasannya, karena dia ingin sekalian juga ‘tutup buku’ buat pengalaman pahit waktu dia dipermalukan saat SMU dulu. Namun yang terjadi justru di luar dugaan Rizal. Setengah jam sebelum rencana melamar Nina di hadapan teman-temannya, Nina bercerita tentang bagaimana shallow-nya dia waktu SMU dulu (cerita deh tentang gimana dia menolak cowok yang naksir dia—which is maksudnya adalah Rizal). Rizal langsung pucat dan buru-buru menghambur keluar dari venue acara. Dan malam itu juga, saat Nina menelepon Rizal (bertanya kenapa cowok itu tiba-tiba menghilang dari acara—bab 11), cowok itu malah ends up memutuskan hubungan.
Nina yang sedih karena nggak mengerti kenapa tiba-tiba diputus sepihak begitu dan bingung harus bersikap seperti apa dengan kenyataan pahit ini, curhat ke teman baiknya, Karin. Karin, yang sejak bab pertama dijelaskan mengambil peranan sebagai ibu beruang yang sangat protektif ke Nina, jelas nggak terima teman baiknya diperlakukan seperti itu. Cewek itu langsung mencari tahu ke teman-teman Rizal. Akhirnya terbongkarlah bahwa masa lalu Rizal dan Nina bersinggungan di pengalaman pahit waktu SMU itu.
Nina kini marah dan memutuskan untuk konfrontasi langsung ke Rizal (bab 14). “Jawab, apa yang kamu cintai selama ini aku yang sekarang saja atau aku yang seutuhnya? Yang ternyata punya masa lalu buruk dan ada hubungannya dengan kamu?” Cowok itu tetap bersikeras dengan perasaannya. Dia bilang, masih belum bisa melupakan apa yang terjadi dua belas tahun lalu.
Nina kecewa dan dengan suara gemetar bilang, “Dan here I am thinking, you are the man I want to spend my life with....” Rizal berujar pelan, “I’m sorry.” Nina menggeleng, “No. Actually, I’m the one who should say sorry. Maaf karena aku salah menilai kamu selama ini.”
Meskipun mantap putus dengan Nina, Rizal tetap terlihat nggak bahagia. Cowok itu cerita ke sepupunya (dari tante yang menjodohkan dia dulu itu), dan dia malah dinasihati begini: “Waktu lo memutuskan buat melamar Arina—euh, Nina dulu, lo sendiri kan yang bilang mau tutup buku dari masa lalu penolakan memalukan waktu SMU itu. Lo bilang, masa lalu itu menghalangi kebahagiaan lo di masa depan.” “Lha, memang iya kan?” “Kalau begitu, lihat diri lo sekarang, nelangsa begini. Lo lagi berlari di tempat, Zal. Masa lalu lo jelas-jelas masih jadi batu sandungan buat masa depan lo.” Rizal terdiam (bab 15).
Setelah berpikir semalam suntuk (bab 16), cowok itu kemudian memutuskan untuk minta maaf ke Nina. Cewek itu tetap menolak, tapi Rizal nggak putus asa. Dia mengulangi proses nembak waktu dia SMU dulu. “Kita berdiri dengan posisi serupa seperti dua belas tahun lalu. Dan sekali lagi, di tangan kamulah keputusan untuk menentukan apa sejarah kita dulu akan berulang lagi malam ini....” Mata Nina merah, seperti mau menangis. “Aku nggak suka diintimidasi begini!” Rizal menggeleng. “Kamu salah. Yang aku lakukan sekarang simply hanya bermaksud untuk memperjuangkan cintaku ke kamu, Na.” Hati Nina melunak dan menerima permintaan maaf (plus lamaran) Rizal.
Cerita ditutup dengan adegan pernikahan Nina dan Rizal (bab 17)

So, mungkin itu aja yang bisa gue sharing kali ini. Yang jelas, sinopsis bukan blurb, dan sinopsis penting banget buat sebuah naskah. Selamat bikin sinopsis! Hehe.

8 komentar:

  1. Jadi sinopsis itu kayak rangkuman dari seluruh isi novel ya kak? terus kalo yang novel semacam Skripshit, Manusia Setengah Salmon itu kan tiap bab isinya nggak berkaitan satu sama lainnya alias tiap bab punya cerita dan endingnya sendiri. terus cara buat sinopsisnya gimana tuh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya gitu, yang penting dari sinopsis kan rangkuman semua naskah, berarti tiap bab itu terangkum dalam sinopsis, biar lebih enak, sinopsis itu alat presentasi naskah kita ke editor :lepitrue:

      Hapus
    2. Ya udah berarti sekarang lo harus nyelesain naskah lo kak :lepitroll:

      Hapus
  2. Kok ada beberapa bab yang dilewat di sinopsis itu, dik? Bukannya tiap bab itu harus ada? Atau emang udah dijelasin tapi nggak ditulis babnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sinopsis itu kan rangkuman semua isi naskah, makanya cuman yang penting aja yang dijelasin, kalau tiap bab itu jatohnya jadi outline :lepitrue:

      Hapus
  3. oh, gitu...berarti selama ini kita baca blurb, ya.... klu sinopsis dibaca dibelakang buku, bisa kebaca dong endingnya...hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah, sinopsis itu buat dibaca sama editor :lepitrue:

      Hapus